Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang
mengasihi (caring). Merawat seseorang adalah suatu proses interaktif yang
bersifat individual melalui proses tersebut individu menolong satu sama lain
dan menjadi teraktualisasi (Carl,et al,1991). Suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas adalah untuk
menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya.
Rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan menghargai dan mendukung
kesejahteraan spiritiual klien.
Penerapan proses keperawatan dari perspektif
kebutuhan spiritual klien tidak sederhana. Hal ini sangat jauh dari sekedar
mengkaji praktik dan ritual keagamaan klien. Memahami spiritualitas klien
kemudian secara tepat mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang
diperlukan, membutuhkan perspektif baru yang lebih luas. Perawat harus belajar untuk memahami aspek positif dari
spiritualiatas klien ketimbang berfikir bahwa pada saat menderita suatu
penyakit spiritualitas selalu mengalami ancaman. Mendukung dan mendukung dan
mengenali klien akan tersalur sepanjang pemberian asuhan keperawatan yang
efektif dari individual.
1. Pengkajian
Kemampuan perawat untuk mendapat gambar
tentang dimensi spiritual klien yang jelas mungkin dibatasi oleh lingkungan
dimana orang tesebut mempraktekkan spiriualnya. Hal ini benar jika perawat
mempunyai kontak terbatas dengan klien dan gagal membina hubungan. Tetapi ketika
terbina hubungan saling percaya, perawat dan klien sampai pada titik
pembelajaran bersama dan terjadi asuhan keperawatan.
Farran, et al, (1989) telah
mengembangkan model untuk pengkajian spiritual yang dapat memberikan gambar
nyata dari dimensi spiritual klien. Model tersebut dirancang untuk menunjukkan
aspek spiritualitas yan hampir pasti selalu dipengaruhi oleh pengalaman,
kejadian, dan pertanyaan dalam kejadian penyakit dan perawatan di rumah sakit.
Pengkajian dapat menunjukkan kesempatan yang dimiliki perawat dalam mendukung
atau menguatkan spiritualitas klien. Pengkajian itu sendiri, dapat menjadi
terapeutik karen pengkajian itu sendiri menunjukkan tingkat perawatan dan
dukungan yang diberikan.
a. Keyakinan
dan Makna
Penting untuk mempelajari tentang
filosofi hidup seseorang perspektif spirirualitasnya, dan apakah pandangan
spiritualitasnya sebagai bagian dari kehidupannya secara keseluruhan. Dengan
menanyakan kepada klien tentang filosofi hidupnya dan membantu untuk mengkaji
apa yang memberi makna hidup seseorang. Suatu pemahaman tentang keyakinan dan
makna yang mencerminkan
Sumber
spiritual seseorang memudahkan dalam mengatasi kejadian traumatik atau yang
menyulitkan.
b. Autoritas
dan Pembimbing
Setiap orang mempunyai suatu sumber
autoritas dan pedoman dalam hidupnya Autoritas tersebut dapat berupa yang maha
kuasa, pemuka agama tertentu, keluarga atau teman, diri sendiri atau kombinasi
dari sumber tersebut. Perawat dalam mengkaji sumber autoritas dan pedoman
seseorang dengan menanyakan klien “ Apa yang memberi Anda kekuatan dari
dalam?”. Juga penting artinya mengetahui apa ada sumber keagamaan yang
berkonflik dengan pengobatan medis. Hal ini akan sangat mempegaruhi pilihan
yang diberikan perawat dan pemberi perawatan. Kesehatan lainnya kepada klien.
c. Pengalaman
dan Emosi
Perawat menggali emosi atau suasana hati
seperti kebahagian damai, harapan rasa bersalah, atau rasa malu yang berkaitan
dengan pengalaman keagamaan. Informasi tersebut dapat menunjukkan makna
spiritualitas yang dianut apakah perasaan tersebut menyatu ke dalam atau
ditolak oleh keyakinan seseorang, maka akses ke pengalaman seperti ini dapat
menjadi alat dalam penyembuhan.
d. Persahabatan
dan Komunitas
Persahabatan
adalah hubungan yang miliki oleh seorang individu dengan orang lain.
Persahabatan ini mencakup komunitas yang lebih luas mempunyai kepercayaasama
antara klien dan jaringan pendukung mereka. Komunitas yang mempunyai
kepercayaan yang sama dapat menciptakan ikatan yang kuat. Ketika klien
mengetahui bahwa orang lain dengan kepercayaan yang serupa menunjukkan
kepedulian, maka mereka menjadi sumber harapan.
e. Ritual
dan Ibadat
Kriteria paling umum yang dikaji perawat
untuk spiritualitas adalah kebiasaan dan ritual keagamaan. Perawat meneliti
apakah ritual dan ibadat yang dianut klien telah terganggu akibat penyakit atau
perawatan di rumah sakit. Karena suatu ritual dapat memberi klien struktur dan
hubungan selama masa sulit.
f. Dorongan
dan Pertumbuhan
Farran et al, (1998) merekomendasikan pengkajian
tentang sumber yang memberi nuansa dorongan (harapan) pada masa lalu bagi
klien. Harapan telah diidentifikasikan sebagai suatu komponen esensial dari
kesehatan oleh klien AIDS atau cancer (Fryback,1992). Hartapan memotivasi
seseorang untuk meraih sesuatu. Bahakan dalam menghadapi pasien terminal,
harapan pentig bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dalam hidup.
g. Panggilan
dan Konsekuensi
Individu megekspresikan
spiritualitas mereka pada rutinitas sehari-hari
pekrjaan, hubungan dan bidang lainnya. Hal tersebut dapat menjadi panggilan
dalam hidup dan menjadi bagian dari identitas mereka. Perawat mencoba untuk
menentukan apakah penyakit atau perawatan dirumah sakit telah mengubah
kemampuan seseorang untuk mengekspresikan spiritualitas mereka. Perawat juga
harus mengkaji apakah, dalam menghadapi penyakit, klien kehilangan kemampuan
untuk mengekspresikan rasa keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari
dirinya (Fryback,1992).
2. Diagnosa
Keperawatan
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan
mengintegarasikan informasi tersebut kedalam diagnosa keperawatan yang sesuai,
perawat harus mempertimbangkan status kesehatan klien terakhir dari perspektif
holistik, dengan spiritualitas sebagai prinsip kesatuan.
Dengan diagnosa keperawatan yang secara
relatif baru, yaitu kesejahteraan spiritual, potensial untuk ditingkatkan,
didasarkan pada batasan karakteristik yang menunjukkan pola kesejahteraan dan
keterhubungan yang berasal dari kekuatan dari dala (Kim, et al, 1995). Jika
pengkajian keperawatan menunjukkan bahwa klien mempunyai harapan dan keyakinan
dari dalam, percaya terhadap kekuatan yang lebih tinggi, mempunyai ujuan dan
makna dalam hidup, dan mengekspresikan suatu keharmonisan dengan diri dan orang
lain, maka kesejahteraan spiritual adalah diagnosa yang mungkin.
Ketika perawat mengidentifikasi diagnosa
yang sesuai dengan klien, penting artinya untuk mengenali makna yang diberikan
oleh spiritualitas terhadap semua tipe maslah kesehatan. Hampir semua diagnosa
keperawatan mempunyai implikasi terhadap spiritualitas klien.
Pada perawaan spiritual, kepentingan aspirasi
spiritual perawat sendiri, inspirasi, dan persepsi tidak saling tumpang tindih.
Perawat menghidari memaksakan keyakinan pribadinya pada klien. Setiap diagnosa
harus mempunyai faktor yang brhubungan dengan akurat sehingga intervensi yang
dihasilkan dapat bermakna dan langsung.
3. Perencanaan
(Intervensi)
Ketika perawat dan klien
mengidentifikasi bahwa klien mempunyai kebutuhan spiritual, penting artinya
bagi perawat dan klien untuk berkolaborasi dengan erat saat membuat rencana
perawatan. Keharuan dan perasaan kasih harus dengan jelas dikomunikasikan
antara perawat dan klien. Hal ini dapat dimulai dengan pengkajian yang
dirancang dengan baik, tetapi hubungan perawat-klien harus berlanjut didasarkan
pada rasa kasih sayang dan saling percaya agar intervensi menjadi efektif.
Dalam menetapkan rencana perawatan,
terdapat tiga tujuan utuk pemberian perawatan spiritual (Munley, 1983) :
a. Klien
merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan.
b. Klien
mampu terikat dengan anggota sistem pendukung.
c. Pencarian
pribadi klien tentang makna (hidup) meningkat.
4. Implementasi
Jika klien mengalami distess spiritual
atau mempunyai masalah kesehatan yang menyebabkan keputusasaan, maka akan
timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa terisolasi dari orang yang biasanya
memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh
perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami pentng. Baik klien
dan perawat harus merasa bebas untuk merelakan dan menemukan bersama makna
penyakit yang dialami klien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup klien.
Pencapaian tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat memberikan
perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
a. Memetapkan
Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat
dan aktvitas pemberi perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan
memberikan harapan untuk pemulihan (Clark et al, 1991). Perilaku pemberian
perawatan spesifik yang menunjukkan kehadiran perawat meliputi memberi
perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan memberikan
dorongan (tetapi realistis). Kemampuan untuk menciptakan kehadiran adalah suatu
kiat keperawatan. Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur dengan cara yang
sangat cepat atau berbagi informasi teknis dengan klien yang mungkin tidak
bermakna.
b. Mendukung
Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) mendefinisikan tiga
langkah yang nyata terbukti ketika hubungan yang menyembuhkan terbina antara
perawat dan klien :
a) Mengerahkan
harapan bagi perawat, demikian juga halnya bagi klien.
b) Menemukan
interpretasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri,
ketakutan, ansietas, atau emosi yang menegangkan.
c) Membantu
klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual.
Inti dari hubungan yang
menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien. Harapan adalah motivator untuk
merangkul individu dengan stategi yang dibutuhkan untuk menghadapi segala macam
tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien menemukan hal-hal yang
dapat dijadikan sebagai harapan.
c. Sistem
Dukungan
Sistem pendukung berfungsi sebagai
hubungan manusia yang menghubungkan klien, perawat, dan gaya hidup klien
sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah
kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh klien sebagai
pendukung. Perawat merencanakan perawatan bersama klien dan jaringan pendukung
klien untuk meningkatkan ikatan interpersonal yang sangat penting untuk
penyembuhan. Sistem pendukung sering memberi sumber kepercayaan yang
memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman mungkin juga menjadi
sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan yang ianut klien.
d. Berdoa
Berdoa telah ditemukan sebagai sumber
yang efektif bagi seseorang untuk mengatasi myeri, stres, dan distres. Yang
juga sudah diteliti adalah bahwa berdoa dapat mencakup perubahan kardiovaskular
dan relaksasi otot. Sering kali berdoa menyebabkan seseorang merasakan
perbaikan suasana hati dan merasakan kedamaian dan ketenangan. Selama
pengkajian perawat mengetahui apakah berdoa merupakan ritual penting bagi klien
dan kemudian menentukan apakah intervesi dibutuhkan sehingga berdoa dapat
dilakukan. Intervensi dapat mencakup membentuk privasi, mendorong kunjungan
dari rohaniawan atau berdoa bersama klien.
e. Terapi
Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting
dari asuhan keperawatan. Makanan juga komponen penting dari kepatuhan
keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu, makanan dan ritual
sekitar persiapan dan pengkajian makanan dapat menjadi bagian penting dari
spiritualitas sseorang.
f. Mendukung
Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk
menelaah ritual keagamaan adalah suatu sumber koping yang penting. Perawat
merencanakan perawatan pribadi, terapi, atau pemeriksaan untuk memungkinkan
pelayanan dari tempat ibadah, pembacaan keagamaan, atau kunjungan spiritual.
5. Evaluasi
Pencapian kesehatan spiritual dianggap
sebagai tujuan sepanjang hidup. Klien akan mengalami pentingnya mengklarifikasi
nilai, membentuk kembali filosofi, dan menjalani pengalaman yang membantu
membentuk tujuan seseorang dalam kehidupan. Ketika merawat klien, perawat
mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu menguatkan spiritualitas
klien. Perawat membandingkan tingkat spiritual klien. Perawat membandingkan
tingkat spiritual klien dengan perilaku dan kebutuhan yang tercatat dalam
pengkajian keperawatan.
Asuhan keperawatan holistik
mengintegrasikan intervensi yang mendukung spiriualitas klien. Untuk memberikan
perawatan spiritual, perawat harus memahami dimensi kesehatan spiritual dan
mampu mengenali kesehatan spiritual seseorang. Sama artinya, setiap perawat
harus mampu untuk memahami spiritualitas mereka sendiri sehingga ia dapat
merasakan dan memberdayakan diri untuk memberi dukungan terhadap kebutuhan
spiritual klien.
Pengembangan hubungan perawat-klien yang
mengasihi adalah inti dari pemberian keperawatan spiritual. Tercapainya
kehadiran dan keterbukaan bersama klien memberdayakan perawat untuk memberikan
perawatan dalam cara yang sensitif, kreatif dan sesuai. Perawat juga
mempelajari untuk mengarahkan harapan klien, sambil membentuk hubungan yang
menyembuhkan. Hal ini membantu klien berorientasi pada masa depan dan mampu
berupaya kearah penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin
Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah-5292-3-babii.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar