Senin, 01 Juli 2013

Proses Keperatawan Spiritual



Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi (caring). Merawat seseorang adalah suatu proses interaktif yang bersifat individual melalui proses tersebut individu menolong satu sama lain dan menjadi teraktualisasi (Carl,et al,1991). Suatu elemen perawatan  kesehatan berkualitas adalah untuk menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya. Rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritiual klien.
Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual klien tidak sederhana. Hal ini sangat jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual keagamaan klien. Memahami spiritualitas klien kemudian secara tepat mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang diperlukan, membutuhkan perspektif baru yang lebih luas. Perawat harus  belajar untuk memahami aspek positif dari spiritualiatas klien ketimbang berfikir bahwa pada saat menderita suatu penyakit spiritualitas selalu mengalami ancaman. Mendukung dan mendukung dan mengenali klien akan tersalur sepanjang pemberian asuhan keperawatan yang efektif dari individual.

1.      Pengkajian
Kemampuan perawat untuk mendapat gambar tentang dimensi spiritual klien yang jelas mungkin dibatasi oleh lingkungan dimana orang tesebut mempraktekkan spiriualnya. Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak terbatas dengan klien dan gagal membina hubungan. Tetapi ketika terbina hubungan saling percaya, perawat dan klien sampai pada titik pembelajaran bersama dan terjadi asuhan keperawatan.
Farran, et al, (1989) telah mengembangkan model untuk pengkajian spiritual yang dapat memberikan gambar nyata dari dimensi spiritual klien. Model tersebut dirancang untuk menunjukkan aspek spiritualitas yan hampir pasti selalu dipengaruhi oleh pengalaman, kejadian, dan pertanyaan dalam kejadian penyakit dan perawatan di rumah sakit. Pengkajian dapat menunjukkan kesempatan yang dimiliki perawat dalam mendukung atau menguatkan spiritualitas klien. Pengkajian itu sendiri, dapat menjadi terapeutik karen pengkajian itu sendiri menunjukkan tingkat perawatan dan dukungan yang diberikan.
a.       Keyakinan dan Makna
Penting untuk mempelajari tentang filosofi hidup seseorang perspektif spirirualitasnya, dan apakah pandangan spiritualitasnya sebagai bagian dari kehidupannya secara keseluruhan. Dengan menanyakan kepada klien tentang filosofi hidupnya dan membantu untuk mengkaji apa yang memberi makna hidup seseorang. Suatu pemahaman tentang keyakinan dan makna yang mencerminkan
Sumber spiritual seseorang memudahkan dalam mengatasi kejadian traumatik atau yang menyulitkan.
b.      Autoritas dan Pembimbing
Setiap orang mempunyai suatu sumber autoritas dan pedoman dalam hidupnya Autoritas tersebut dapat berupa yang maha kuasa, pemuka agama tertentu, keluarga atau teman, diri sendiri atau kombinasi dari sumber tersebut. Perawat dalam mengkaji sumber autoritas dan pedoman seseorang dengan menanyakan klien “ Apa yang memberi Anda kekuatan dari dalam?”. Juga penting artinya mengetahui apa ada sumber keagamaan yang berkonflik dengan pengobatan medis. Hal ini akan sangat mempegaruhi pilihan yang diberikan perawat dan pemberi perawatan. Kesehatan lainnya kepada klien.
c.       Pengalaman dan Emosi
Perawat menggali emosi atau suasana hati seperti kebahagian damai, harapan rasa bersalah, atau rasa malu yang berkaitan dengan pengalaman keagamaan. Informasi tersebut dapat menunjukkan makna spiritualitas yang dianut apakah perasaan tersebut menyatu ke dalam atau ditolak oleh keyakinan seseorang, maka akses ke pengalaman seperti ini dapat menjadi alat dalam penyembuhan.
d.      Persahabatan dan Komunitas
Persahabatan adalah hubungan yang miliki oleh seorang individu dengan orang lain. Persahabatan ini mencakup komunitas yang lebih luas mempunyai kepercayaasama antara klien dan jaringan pendukung mereka. Komunitas yang mempunyai kepercayaan yang sama dapat menciptakan ikatan yang kuat. Ketika klien mengetahui bahwa orang lain dengan kepercayaan yang serupa menunjukkan kepedulian, maka mereka menjadi sumber harapan.
e.       Ritual dan Ibadat
Kriteria paling umum yang dikaji perawat untuk spiritualitas adalah kebiasaan dan ritual keagamaan. Perawat meneliti apakah ritual dan ibadat yang dianut klien telah terganggu akibat penyakit atau perawatan di rumah sakit. Karena suatu ritual dapat memberi klien struktur dan hubungan selama masa sulit.
f.       Dorongan dan Pertumbuhan
Farran et al, (1998) merekomendasikan pengkajian tentang sumber yang memberi nuansa dorongan (harapan) pada masa lalu bagi klien. Harapan telah diidentifikasikan sebagai suatu komponen esensial dari kesehatan oleh klien AIDS atau cancer (Fryback,1992). Hartapan memotivasi seseorang untuk meraih sesuatu. Bahakan dalam menghadapi pasien terminal, harapan pentig bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dalam hidup.
g.      Panggilan dan Konsekuensi
Individu megekspresikan spiritualitas  mereka pada rutinitas sehari-hari pekrjaan, hubungan dan bidang lainnya. Hal tersebut dapat menjadi panggilan dalam hidup dan menjadi bagian dari identitas mereka. Perawat mencoba untuk menentukan apakah penyakit atau perawatan dirumah sakit telah mengubah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan spiritualitas mereka. Perawat juga harus mengkaji apakah, dalam menghadapi penyakit, klien kehilangan kemampuan untuk mengekspresikan rasa keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya (Fryback,1992).

2.      Diagnosa Keperawatan
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegarasikan informasi tersebut kedalam diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status kesehatan klien terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritualitas sebagai prinsip kesatuan.
Dengan diagnosa keperawatan yang secara relatif baru, yaitu kesejahteraan spiritual, potensial untuk ditingkatkan, didasarkan pada batasan karakteristik yang menunjukkan pola kesejahteraan dan keterhubungan yang berasal dari kekuatan dari dala (Kim, et al, 1995). Jika pengkajian keperawatan menunjukkan bahwa klien mempunyai harapan dan keyakinan dari dalam, percaya terhadap kekuatan yang lebih tinggi, mempunyai ujuan dan makna dalam hidup, dan mengekspresikan suatu keharmonisan dengan diri dan orang lain, maka kesejahteraan spiritual adalah diagnosa yang mungkin.
Ketika perawat mengidentifikasi diagnosa yang sesuai dengan klien, penting artinya untuk mengenali makna yang diberikan oleh spiritualitas terhadap semua tipe maslah kesehatan. Hampir semua diagnosa keperawatan mempunyai implikasi terhadap spiritualitas klien.
Pada perawaan spiritual, kepentingan aspirasi spiritual perawat sendiri, inspirasi, dan persepsi tidak saling tumpang tindih. Perawat menghidari memaksakan keyakinan pribadinya pada klien. Setiap diagnosa harus mempunyai faktor yang brhubungan dengan akurat sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan langsung.

3.      Perencanaan (Intervensi)
Ketika perawat dan klien mengidentifikasi bahwa klien mempunyai kebutuhan spiritual, penting artinya bagi perawat dan klien untuk berkolaborasi dengan erat saat membuat rencana perawatan. Keharuan dan perasaan kasih harus dengan jelas dikomunikasikan antara perawat dan klien. Hal ini dapat dimulai dengan pengkajian yang dirancang dengan baik, tetapi hubungan perawat-klien harus berlanjut didasarkan pada rasa kasih sayang dan saling percaya agar intervensi menjadi efektif.
Dalam menetapkan rencana perawatan, terdapat tiga tujuan utuk pemberian perawatan spiritual (Munley, 1983) :
a.       Klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan.
b.      Klien mampu terikat dengan anggota sistem pendukung.
c.       Pencarian pribadi klien tentang makna (hidup) meningkat.

4.      Implementasi
Jika klien mengalami distess spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami pentng. Baik klien dan perawat harus merasa bebas untuk merelakan dan menemukan bersama makna penyakit yang dialami klien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup klien. Pencapaian tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat memberikan perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
a.       Memetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktvitas pemberi perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan (Clark et al, 1991). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukkan kehadiran perawat meliputi memberi perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai sikap positif dan memberikan dorongan (tetapi realistis). Kemampuan untuk menciptakan kehadiran adalah suatu kiat keperawatan. Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur dengan cara yang sangat cepat atau berbagi informasi teknis dengan klien yang mungkin tidak bermakna.
b.      Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) mendefinisikan tiga langkah yang nyata terbukti ketika hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dan klien :
a)      Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian juga halnya bagi klien.
b)      Menemukan interpretasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang menegangkan.
c)      Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual.
Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien. Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan stategi yang dibutuhkan untuk menghadapi segala macam tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien menemukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai harapan.
c.       Sistem Dukungan
Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubungkan klien, perawat, dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh klien sebagai pendukung. Perawat merencanakan perawatan bersama klien dan jaringan pendukung klien untuk meningkatkan ikatan interpersonal yang sangat penting untuk penyembuhan. Sistem pendukung sering memberi sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan yang ianut klien.
d.      Berdoa
Berdoa telah ditemukan sebagai sumber yang efektif bagi seseorang untuk mengatasi myeri, stres, dan distres. Yang juga sudah diteliti adalah bahwa berdoa dapat mencakup perubahan kardiovaskular dan relaksasi otot. Sering kali berdoa menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan merasakan kedamaian dan ketenangan. Selama pengkajian perawat mengetahui apakah berdoa merupakan ritual penting bagi klien dan kemudian menentukan apakah intervesi dibutuhkan sehingga berdoa dapat dilakukan. Intervensi dapat mencakup membentuk privasi, mendorong kunjungan dari rohaniawan atau berdoa bersama klien.
e.       Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan juga komponen penting dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu, makanan dan ritual sekitar persiapan dan pengkajian makanan dapat menjadi bagian penting dari spiritualitas sseorang.
f.       Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu sumber koping yang penting. Perawat merencanakan perawatan pribadi, terapi, atau pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan dari tempat ibadah, pembacaan keagamaan, atau kunjungan spiritual.

5.      Evaluasi
Pencapian kesehatan spiritual dianggap sebagai tujuan sepanjang hidup. Klien akan mengalami pentingnya mengklarifikasi nilai, membentuk kembali filosofi, dan menjalani pengalaman yang membantu membentuk tujuan seseorang dalam kehidupan. Ketika merawat klien, perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu menguatkan spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritual klien. Perawat membandingkan tingkat spiritual klien dengan perilaku dan kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan.
Asuhan keperawatan holistik mengintegrasikan intervensi yang mendukung spiriualitas klien. Untuk memberikan perawatan spiritual, perawat harus memahami dimensi kesehatan spiritual dan mampu mengenali kesehatan spiritual seseorang. Sama artinya, setiap perawat harus mampu untuk memahami spiritualitas mereka sendiri sehingga ia dapat merasakan dan memberdayakan diri untuk memberi dukungan terhadap kebutuhan spiritual klien.
     Pengembangan hubungan perawat-klien yang mengasihi adalah inti dari pemberian keperawatan spiritual. Tercapainya kehadiran dan keterbukaan bersama klien memberdayakan perawat untuk memberikan perawatan dalam cara yang sensitif, kreatif dan sesuai. Perawat juga mempelajari untuk mengarahkan harapan klien, sambil membentuk hubungan yang menyembuhkan. Hal ini membantu klien berorientasi pada masa depan dan mampu berupaya kearah penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA


Potter, Patricia A. dan Anne Griffin Perry.2005.Fundamental Keperawatan.Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-noorfaizah-5292-3-babii.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar